MUKADIMAH

Dulu...mungkin seperti anda,saya antipati dengan Jemaah ini.....
tp ketika pertama kali iseng ke Markas,sungguh saya sangat terkesan....
berbagai macam tipe manusia dari berbabagi tingkatan ilmu,tingkatan kedudukan,
mantan penjahat,mantan narkoba,musisi,pejabat dan para Ustadz dari berbagai pesantren terkenal semua berbaur,
semua sama....seperti halnya org yang sedang ibadah haji....berbaur sama-sama mencari ridho Allah Swt....

Pertama kali keluar 3 hari....saya semakin terkesan dengan jemaah ini.....
mereka menekankan akan pemahaman pentingnya dakwah....mereka jg mempunyai 28 Ushul Dakwah...
yang diantaranya menekankan kita untuk tidak membicarakan politik,tidak membahas masalah khilafiyah (bedah paham di Islam)
kita harus hormat dan menghargai Ahli Da'wah (mubaligh),Ahli Ilmu (Kyai, Ustadz, Santri, dsb),
Ahli Dzikir (thariqot),ahli pengarang kitab (penulis buku, majalah, artikel, dsb)....dll....

Jemaah ini juga mengajarkan cara bagaimana kita bisa belajar dan mengamalkan Alqur'an dan hadits Rosululloh Saw
melalui 6 sifat sahabat...6sifat sahabat RA tersebut bukan merupakan wujud agama yang sempurna,
karena agama yang sempurna terkandung dalam al qur’an dan al hadits,tetapi apabila enam sifat para sahabat tersebut
ada dalam diri kita maka Allah SWT akan memberikan kemudahan kepada kita untuk mengamalkan agama secara sempurna.

Setelah keluar 3 hari juga saya jd tahu bahwa jemaah ini tidak punya nama,hanya semata usaha untuk mengamalkan agama secara sempurna.
tetapi masyarakat menamakan jemaah ini dengan nama Jamaah tabligh....masanya di sebut Karkun...
dan saya mulai mengerti kenapa kita harus ada niat untuk ke India,pakistan dan Bangladesh (IPB)...
bukan seperti isu yang di hembuskan oleh org lain,jemaah ini menekankan ke IPB bukan mengalihkan kiblat dari mekah ke IPB, atau
bukan memindahkan hajinya ke IPB,tp di IPB kita bisa belajar akan dakwah dan hidup 24 jam penuh dengan amalan mesjid : dakwah, ta’lim wa ta'lum, dzikir ibadah & khidmat.melihat kesabaran mereka,cara mereka memuliakan tamu padahal mereka tergolong penduduk yang miskin.....dll

Untuk lebih jelasnya silahkan baca kliping saya di bawah ini,yang saya rangkum,ringkas atau Copy paste dari blognya teman2 yang lainnnya....
Jazakallohu Khoiron...
subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik



Rabu, 20 Juli 2011

TEGAKNYA ISLAM HANYA DENGAN USAHA DAKWAH

Ketika Siti Khadijah rha. menemui suaminya Baginda Muhammad SAW. Ia (Khadijah rha) baru saja pulang dari rumah Waraqah. Ia menanyakan tentang tanda-tanda kenabian yang ada pada suaminya, pada saat itu lah Rasulullah SAW menerima wahyu ke-dua awal surah Al-Mudatsir. Rasulullah SAW kemudian berkata kepada istrinya "Tidak ada waktu lagi untuk istirahat... Jibril AS telah menyampaikan perintah Allah SWT kepadaku agar aku menjumpai setiap orang untuk mengajaknya kepada Islam, wahai istriku siapakah orang yang akan mengikutiku". "Aku ya Rasulullah, aku mengimani bahwa Allah SWT tiada tuhan selain Dia dan engkau adalah Rasulullah" Jawab Khadijah rha.
1. Demikianlah awal pengorbanan mereka yang tiada berhenti sehingga segala keperluan diri dikebelakangkan hanya untuk kemuliaan Islam. Hingga di akhir hayatnya Rasululah SAW ketika ditemani oleh Jibril AS yang datang untuk menghiburnya, Beliau SAW bertanya "bagaimana keadaan ummatku sepeninggalanku?". Keadaan ummatnya saja yang terfikir hingga akhir hayatnya.

Menjelang akhir hayatnya Rasulullah SAW mengirim satu jema'ah besar keluar kota Madinah dipimpin seorang panglima yang masih sangat muda, anak dari seorang bekas budak hamba sahaya yang kemudian menjadi anak angkat Beliau, Usamah bin Zaid r.ahuma. Belum sampai ke tujuan Jema'ah tersebut mendapat berita tentang wafatnya Baginda Rasulullah SAW. Akhirnya diputuskan jema'ah tersebut kembali ke Madinah.

Di Madinatul Munawwarah keadaan pun sedikit kacau, karena begitu sedih dan bingung banyak dari sahabat r.anhum yang tidak tahu harus berbuat apa pada saat itu. Umar ra. menghunuskan pedang berkeliling Madinah sambil berkata tidak mungkin Rasulullah SAW wafat, Utsman ra. hanya diam tidak tahu berbuat apa.. Sehingalah Abu Bakar ra., setelah menjenguk jasad Baginda SAW, tampil ke depan menenangkan.

Singkat cerita...
Usaha da'wah terhenti sebentar (dalam satu riwayat 7 hari), jema'ah yang dipimpin Usamah ra. belum diberangkatkan. Apa yang terjadi? Alim ulama menerangkan ketika da'wah terhenti sebentar ada 3 perkara besar terjadi:

1. Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam
2. Banyak orang kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.
3.Munculnya Nabi palsu, Musailamah al Kahzab.

Tentara Romawi dan sekutu-sekutunya mengirim suatu kekuatan besar untuk membumi hanguskan Madinah dan seluruh orang Islam. Abu Bakar ra. memutuskan untuk segera mengirim kembali jema'ah yang sempat tertunda untuk menghadapi tentara kafir dengan tetap dipimpin oleh Usamah ra. Ada sebagian sahabat yang merasa keberatan dan ingin agar Usamah ra. dapat diganti dengan sahabat yang lebih berpengalaman tapi Abu Bakar ra. berkata,

"Belum lama jasad Rasulullah SAW dikebumikan, sekarang kalian hendak mengubah satu Sunnahnya"!

Jema'ah tersebut tetap dipimpin oleh Usamah bin Zaid r.anhuma. Semua sahabat yang tidak ada uzur diperintahkan untuk menyertai jema'ah tersebut. Amirul Mukminin, Abu Bakar ra. meminta kesediaan Usamah ra. untuk membolehkan beberapa sahabat tetap tinggal di Madinah untuk tugas-tugas lain. Khalid bin Walid ra. ditugaskan memimpin 500 orang untuk menghancurkan Musailamah al Kahzab, Umar ra. ditugaskan memimpin 50 orang untuk menhadapi mereka yang tidak mau membayar zakat. Sehingga tinggallah di kota Madinah orang-orang tua dan Abu Bakar ra. sebagai Amirul Maukminin untuk mengendalikan keadaan di Madinah. Seorang sahabat lagi bertanya kepada Abu Bakar ra. berkata "Wahai Amirul mukminin kalau semua kita menyertai jema'ah ini bagaimana keadaan kota Madinah yang di dalamnya ada Ummahatul mukminiin, istri-istri Rasulullah SAW". Abu Bakar ra berkata,

"Aku lebih rela istri-istri nabi diserang musuh dan bangkainya dicabik-cabik serigala daripada agama dan usaha agama ini terhenti".

Akhirnya Jema'ah tersebut diberangkatkan dengan dilepas sendiri oleh Amirul Mukminin Abu Bakar ra. Di Madinah, semua sahabat yang uzur diperintahkan untuk membuat 'amalan masjid. Mengisinya dengan Da'wah menjumpai orang-orang di Madinah yang keyakinannya goyah atau telah keluar dari Islam untuk dapat kembali kepada Islam. Mereka kemudian diajak ke Masjid Nabawi untuk duduk di dalam majelis dan dibangkitkan semangatnya kembali serta memperbanyak 'amal ibadah dan berdo'a memohon bantuan Allah SWT. Sebagaian lagi diberi tugas untuk melayani tamu-tamu yang datang dan menyiapkan segala keperluan jema'ah masjid.

Dari usaha dan kerja di Masjid Nabawi tersebut alim ulama menerangkan terbentuk beberapa jema'ah da'wah yang dikirim ke kawasan yang berdekatan dengan Madinah, menjumpai setiap orang yang berada di kabilah terdekat untuk kembali kepada Islam dan Iman. Sehingga di dalam suatu riwayat selama tiga hari-tiga malam di kota Madinah tidak terdengar suara adzan.

Kembali kepada Jema'ah yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid ra. Selama perjalanan untuk menghadapi tentara kafir mereka telah berhenti beberapa kali. Alim ulama menerangkan bahwa Usamah ra. telah memerintahkan jema'ah tersebut untuk berhenti dan membongkar segala perlengkapan dan memasang tenda dan berbagai keperluan lainnya. Ketika semua telah selesai, ia, Usamah ra. memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan. Semua sahabat r.ahum tha'at. Mereka segera membongkar tenda mengumpulkan segala perbekalan dan sebagainya. Di tempat yang lain Usamah ra. memberikan perintah yang sama sehingga beberapa kali jema'ah tersebut membongkar memasang dan membongkar lagi perbekalan serta tenda mereka.

Alim ulama menerangkan bahwa walaupun pada zhahirnya terlihat seperti tidak teratur dan tidak terorganisir akan tetapi dengan ketha'atan kepada Amir dan bergeraknya mereka tersebut fii sabilillaah. Allah SWT telah tanamkan kembali di dalam hati musuh Islam ketakutan terhadap ummat Islam. Tentara Romawi dan sekutunya menjumpai bekas-bekas perkemahan dan barang-barang perbekalan sahabat r.ahum dapat menghitung berapa kekuatan pasukan Muslimin. Di tempat yang lain mereka menjumpai tanda-tanda bahwa di tempat itu juga sepasukan yang besar pernah berkemah. Sehingga akhirnya tentara musuh Islam tersebut berkesimpulan kalau dengan jumlah sahabat r.ahum sedemikian besar yang berada di luar Madinah maka pasti jumlah yang lebih besar lagi ada di dalam Madinah. Dan mereka memutuskan untuk mundur karena mereka yakin mereka tidak akan menang menghadapi orang Islam. Begitu juga Musailamah al Kahzab dan pengikutnya beserta benteng di Yamamah yang telah didirikannya akhirnya dapat di hancurkan.



Usaha Dakwah Adalah Maksud Hidup Rasulullah SAW


Dari Aqil bin Abi Thalib, ia bercerita. Abu Thalib berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai keponakanku! Demi Allah, seperti yang telah engkau ketahui sendiri bahwa aku selalu membenarkan perkataanmu, karena itu engkau juga harus mengikuti perkataanku, bahwa orang-orang dari kaummu datang kepadaku dan mereka berkata bahwa engkau datang ke Ka’bah dan datang ke majelis mereka, lalu mengatakan begini dan begitu. Dengan perkataanmu itu mereka merasa tersinggung, Oleh karena itu, suapaya dapat kamu pahami, maka tinggalkanlah apa yang kamu lakukan itu. Lalu Rasulullah saw menengadahkan wajahnya ke langit sambil berkata, “Demi Allah, aku tidak sanggup jika harus meninggalkan pekerjaan yang karenanya aku diutus, melebihi ketidaksanggupan salah seorang diantara kamu untuk membawa kobaran api matahari”. (Hr. Thabrani dan Bukhori)
Menurut riwayat Baihaqi, bahwa Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Saw, “Wahai keponakanku, orang-orang dari kaummu datang kepadaku dan mengatakan ini dan itu, Karena itu, sekarang sayangilah jiwaku juga jiwamu, dan jangan memberikan kepadaku sesuatu yang tidak sanggup aku memikulnya, begitu juga engkau. Karena itu berhentilah dari berkata-kata kepada mereka sesuatu yang tidak mereka sukai!” Mendengar perkataan pamannya ini, Rasulullah saw merasa sedih, karena beliau menganggap bahwa pandangan pamannya mengenai dirinya telah berubah dan dia meninggalkan beliau serta menyerahkannya kepada kaumnya, dan kini dia tidak lagi memberikan semangat kepada beliau.. Melihat keadaan seperti ini maka beliau bersabda, “Wahai pamanku, apabila matahari diletakkan di tangan kanaku dan bulan di tangan kiriku, niscaya sekali-kali aku tidak akan meninggalkan pekerjaan itu (dakwah) dan aku akan tetap mengerjakannya sampai Alloh memberikan kemenangan kepadaku atau jiwaku melayang karenanya.” Setelah berkata demikian, Rasulullah saw tidak kuasa lagi menahan air mata dan beliau menangis.



Dengan Usaha Dakwah Amal Agama akan Sempurna

Allah menciptakan makhluk dalam bentuk, jenis, warna, rasa dan rupa yang tidak sama, dimana ketidaksamaan tersebut merupakan wujud dari kesempurnaan ciptaan Allah subhaanahuu wa ta'aalaa. Allah menciptakan mahluk didunia yaitu :
a. Manusia
b. Binatang
c. Tumbuhan

yang mana ketiga makhluk tersebut mempunyai tiga persamaan sifat, yaitu :
1. Mempunyai sifat ingin mempertahankan kehidupan
2. Mempunyai sifat untuk berkembang biak
3. Mempunyai sifat/menginginkan rasa aman dan nyaman.

Ketiga sifat tersebut merupakan sifat hewaniah, apabila manusia hanya mementingkan sifat-sifat itu dalam kehidupannya di dunia, maka derajatnya menyerupai tumbuhan atau hewan (sifat hewaniah).

Manusia diciptakan dari tanah, dimana didalam tanah terdapat ± 18 unsur tanah, maka ulama tamsilkan bahwa hati manusia seperti tanah. Apabila tanah tidak diolah atau digarap, maka yang pertama kali akan tumbuh adalah rerumputan, dimana tanah yang telah ditumbuhi rerumputan tersebut akan didatangi oleh hewan temak seperti sapi dan kambing. Sifat dari hewan ini adalah egois/tidak mempunyai kepedulian terhadap sesamanya. Yang penting dirinya makan enak, yang lain kurang diperhatikan. Hewan jenis ini masih banyak manfaatnya misalnya daging, susu dan kulitnya.

Selanjutnya tanah tadi yang telah ditumbuhi oleh rerumputan apabila dibiarkan, maka akan menjadi semak belukar, dimana hewan yang menempatinya misalnya hewan yang berbisa seperti ular dan kalajengking. Sifat dari hewan ini merugikan dan sedikit diperoleh manfaat. Kemudian tanah yang telah menjadi semak belukar tadi, apabila tidak diolah atau digarap, lama kelamaan akan menjadi hutan belantara, yang akan dihuni oleh binatang buas seperti singa dan srigala. Sifat binatang buas ini lebih banyak merugikan dan sedikit manfaatnya. Sifatnya mau menang sendiri, suka merampas milik yang lainnya walaupun dengan membunuh sekalipun.

Untuk merubah sifat hewaniah pada manusia, maka Allah subhaanahuu wa ta'aalaa menghantarkan manusia pilihanNya yaitu para Nabi dan Rasul. Allah telah menghantarkan 124.000 Nabi ke muka bumi ini yang semuanya berdakwah, mengajak atau menyeru kaumnya agar meng-amalkan agama, sehingga hidup bahagia di dunia dan akhirat. Usaha yang dilakukan para Nabi dan Rasul ini dikenal dengan “usaha dakwah”.

Usaha dakwah disebut juga usaha agama atau usaha atas hidayah. Jika usaha dakwah dilakukan, maka ummat manusia akan mendapatkan hidayah. Manusia akan menjalankan kehidupannya dengan berlandaskan agama sesuai dengan hidayah yang Allah berikan. Sedangkan hidayah dari Allah dapat diperoleh menurut peringkat usaha yang dilakukan. Jika usaha dakwah terhenti, hidayah mulai keluar dari kehidupan masyarakat Islam. Hidayah pertama kali keluar dari perniagaan dalam masyarakat. Hukum-hukum agama akan ditinggalkan perniagaan dan cara-cara perniagaan selain dari cara agama akan berlaku. Kemudian hukum fardhu (misalnya shalat) akan diting-galkan. Selepas itu berbagai keburukan akan masuk dalam masyarakat Islam, sehingga orang Islam mulai keluar dari agama Islam.

Kita selalu mengatakan manusia sudah tidak patuh pada agama, dikatakan mereka telah meninggalkan agama dan bahkan menentang agama. Sebabnya karena usaha dakwah berhenti. Kini banyak orang telah menjalankan usaha dakwah ini, dan mengikuti tingkat usaha yang telah dilakukan, maka Allah memberikan hidayah, sehingga agama mulai diamalkan. Sesuai dengan kadar/tingkatan hidayah, sejauh itu pulalah agama dapat diamalkan. Tempat yang dulunya tidak ada orang yang mengerjakan shalat, kini sudah mulai didirikan shalat. Tempat yang mana tidak ada taklim, maka taklimpun dijalankan istiqomah. Tetapi hidayah belum cukup, karena syariat Islam belum dijalankan dalam sumber pendapatan. Misalnya uang yang didapatkan dari hasil bekerja yang benar (halal-haram) dan pengeluaran uang dengan cara Rasulullah belum diamalkan. Demikian juga dari segi makanan dan bentuk (keadaan) rumah dan keluarga belum seperti yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Untuk mewujudkan suasana agama sebagaimana zaman Rasulullah, kita harus mengusahakan dua perkara, yaitu meningkatkan kuantitas (jumlah) orang yang menjalankan usaha dakwah dan meningkatkan kualitas (kadar usaha) setiap individu yang ambil bagian dalam usaha dakwah itu sendiri. Usaha dakwah ini akan meningkat apabila setiap orang memberikan pengorbanan sebagaimana pengorbanan yang telah diberikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Maulana Umar rahmatullaah ‘alaih mengatakan Usaha Dakwah adalah sarana tarbiyah/ pendidikan ummat untuk mencapai kesempurnaan sifat ummat di seluruh alam yang dikerjakan secara bertahap-tahap sehingga ummat ini layak atau siap untuk meneruskan risalah kenabian (tugas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).

Para nabi ‘alaihimush shalaatu wassalaam berdakwah hanya kepada kaumnya (tidak kepada seluruh manusia), sehingga kaum tersebut ada yang beriman dan ada pula yang menolak. Orang yang menolak seruan nabinya diadzab oleh Allah sampai musnah semuanya, sedangkan orang yang beriman akan diselamatkan oleh Allah dan hidup bersama nabinya. Namun setelah nabinya wafat, berangsur-angsur orang yang beriman tadi menjadi musyrik kembali, sehingga tidak tersisa satupun orang yang taat. Kemudian Allah mengutus nabi lagi, lalu ia menjalankan usaha dakwah kepada kaum yang rusak tadi, sehingga tatanan masyarakat pun kembali baik. Tetapi ada juga yang menolak dakwah nabinya. Orang yang menolak seruan nabi diadzab oleh Allah, sedangkan orang yang menerima atau beriman akan diselamatkan oleh Allah dan hidup bersama nabi tersebut. Demikianlah seterusnya, nabi berganti nabi, tetapi ketika nabinya meninggal perlahan-lahan amal agama berkurang sampai anak cucu mereka. Sebab usaha dakwah para nabi sebelum Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berhenti ketika nabinya wafat, sedangkan tugas dakwah hanya menjadi tugas nabinya, tidak dibebankan kepada kaumnya/ ummatnya.

Berbeda dengan Rasulullah, dimana beliau adalah nabi terakhir, yang tidak ada lagi nabi sesudahnya. Rasulullah diutus untuk seluruh ummat manusia sampai hari kiamat, padahal Rasulullah tidak mendatangi semua manusia dan tidak hidup sampai hari kiamat. Supaya usaha dakwah ini tetap berlanjut sampai hari kiamat dan ada pada setiap ummat dimana saja di dunia ini, maka para sahabat semuanya dibentuk oleh Rasulullah untuk ambil bagian dalam usaha dakwah. Tidak semua sahabat hafidz Al-Qur’an, tetapi Rasulullah telah membentuk seluruh para sahabat menjadi da’i (pendakwah). Jadi “Usaha Dakwah” ini tidak hanya khusus bagi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tetapi juga kepada ummatnya. Walaupun ummat akhir zaman ini rusak, Allah telah menetapkan tidak akan menurunkan lagi nabi.

Ketahuilah, bahwa kemuliaan ummat akhir zaman, bukan karena ibadahnya, tetapi karena ummat ini mendapat tugas meneruskan kerja kenabian atau meneruskan kerja Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kalau kemuliaan ummat ini karena ibadahnya, maka kalah dengan ummat sebelumnya, yang umurnya ratusan tahun digunakan beribadah kepada Allah subhaanahuu wa ta'aalaa.

Nilai manusia adalah pada hatinya. Hati manusia sesuai dengan pengorbanannya dalam usaha dakwah terbagi empat tingkatan, yaitu :

1.Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Dalam hal tertentu manusia diciptakan sama seperti binatang yaitu ada keperluan hidup. Allah memberikan kepada setiap manusia di dunia ini dengan sedikit harta dan waktu, baik dia kaya atau miskin; dia tinggal di istana yang megah ataupun di rumah gubuk yang sederhana. Jika manusia menggunakan waktu dan harta hanya untuk keperluan hidup saja, berarti manusia yang demikian masih sama dengan hewan dan hatinya belum mendapat petunjuk atau hidayah dari Allah. Allah menyebut orang ini dengan jahil dan sesat, dan disisi Allah kedudukannya lebih rendah daripada hewan. Hati manusia seperti ini tidak mengenal kepada Allah yang menciptakan dirinya dan tidak tahu aturan hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh penciptanya. Sifatnya egois (mementingkan dirinya sendiri), suka mengganggu orang lain tanpa ada perasaan bersalah bahkan yang lebih parah lagi kadang mengambil milik orang lain tanpa hak. Hati seperti ini dikatakan bersifat Hewaniah, karena hanya mengikuti keinginan hawa nafsunya. Jalan hidupnya lahir-batin ingkar (kafir) kepada Allah subhaanahuu wa ta'aalaa.

2.Hati manusia yang bersifat hewaniah apabila digarap dengan usaha dakwah akan berubah dan meningkat menjadi sifat Malaikat, yaitu sifat ta’at atau senang beribadah kepada Allah subhaanahuu wa ta'aalaa, namun ibadahnya hanya untuk diri sendiri. Waktunya siang-malam bertawajjuh hanya mengabdi kepada Allah. Allah dan RasulNya menyebut manusia yang demikian dengan ‘abid (ahli ibadah). Manusia beribadah dengan mujahadah, tetapi malaikat beribadah tanpa mujahadah. Inilah perbedaan ibadah antara manusia dan malaikat. Tanpa menekan keperluan diri (egoisme), maka manusia tidak dapat taat untuk beribadah kepada Allah. Inilah yang dinamakan korban. Jika manusia dapat berkorban waktu, diri dan harta untuk beribadah kepada Allah, maka kedudukannya lebih tinggi dari malaikat.

3.Apabila hati tersebut lebih digarap lagi dengan usaha dakwah, yaitu dengan meningkatkan pengorbanan harta dan diri untuk membantu orang lain dan sama-sama menanggung kesusahan orang lain karena Allah, maka sifat malaikat akan meningkat menjadi sifat Khalifah. Sifat ini adalah sebagaimana maksud Allah saat bermusyawarah dengan malaikat, akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sifat ini lebih tinggi dari ‘abid, karena disamping sibuk beribadah kepada Allah, juga mengatur alam dan penghuninya sesuai kehendak dan perintahNya. Dalam ber-mu’amalah dan mu’asyarah dengan sesama manusia dilakukan dengan cara yang baik. Menjadi khalifah bermaksud dia menutup kelemahan orang lain, menunjukkan kasih sayang, memberI makan pada yang lapar, memberi pakaian pada yang telanjang, suka membantu dan menghargai orang lain serta menjauhi mengganggu dan menyakiti perasaan orang lain. Sifat hatinya cocok dengan kebanyakan orang. Jika manusia membuat suatu kesalahan, maka dia menegur mereka. Sedangkan dalam hubungan dengan alam lingkungannya dilakukan dengan semestinya, tidak merusak lingkungan tetapi mengambil sesuai keperluannya.

4.Pada akhirnya hati yang digarap dengan usaha dakwah yang sempurna adalah seperti dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yaitu mengorbankan waktu, diri dan hartanya hanya semata-mata untuk meninggikan kalimah Allah dan bagaimana agama bisa diamalkan secara sempurna. Pada tahapan ini dakwah telah menjadi maksud hidup atau seumur hidupnnya hanya untuk mendakwahkan agama dan mengusahakan orang lain untuk menjadi da’i (bukan semata-mata ‘abid, tetapi da’i yang abid). Inilah yang disebut dengan sifat Nubuwah (kenabian) yang merupakan sifat paling sempurna sebagai manusia. Sebagai-mana kita ketahui manusia yang paling tinggi kedudukannya disisi Allah adalah para Nabi dan Rasul, dan dari seluruh para Nabi dan Rasul yang paling tinggi kedudukannya adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau disebut “insaanul kamiil” (manusia sempurna), “choirul makhluuqot” (sebaik-baik makhluk ciptaan Allah) dan “Imamul Ambiya’i wal Mursalin wal malaaikatul muqorrabiin” (imam seluruh para Nabi dan Rasul dan malaikat yang dekat dengan Allah)
Semua manusia suka akhlak yang baik. Polisi, hakim dan penjara adalah merupakan usaha untuk menjadikan manusia berakhlak baik, agar manusia menjadi manusia. Namun apa yang terjadi dalam kenyataan, walaupun jabatan-jabatan itu ada dimana-dimana dalam setiap tempat di dunia ini, pada hakekatnya tidak nampak keadilan, kedamaian, dan akhlak yang baik. Akhlak yang baik hanya datang, jika manusia usaha ikut cara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Jadi satu-satunya jalan untuk merubah hati manusia menjadi sempurna hanya dengan usaha dakwah. Usaha dakwah inilah yang mampu merubah sifat-sifat para sahabat, yang awalnya bersifat hewaniah (jahiliyah) menjadi sifat Nubuwah (sifat kenabian yang mulia). Para sahabat adalah manusia biasa, namun dakwah telah menjadi maksud hidup mereka semuanya. Mereka dengan ikhlas korbankan apa yang diberikan Allah untuk mereka, yaitu harta, diri, waktu dan bahkan nyawapun dengan senang hati mereka korbankan. Mereka sampai pada puncak pengorbanan karena mendapatkan arahan langsung dari Rasulullah, menyebabkan mereka mampu mengamalkan agama secara sempurna dan berakhlak mulia. Allah terima korban mereka, memberikan pertolongan dan senang (ridha) kepada mereka. Allahpun memberi gelar tertinggi kepada para sahabat yaitu radhiyallahu ‘anhum ajma’in (Allah ridha kepada para sahabat semuanya).



Dengan Usaha Dakwah Manusia Mendapat Hidayah dan Kenal Kehebatan Allah

Maulana Umar rahmatullaah ‘alaih mengatakan Usaha Dakwah adalah sarana tarbiyah/ pendidikan ummat untuk mencapai kesempurnaan sifat ummat di seluruh alam yang dikerjakan secara bertahap-tahap sehingga ummat ini layak atau siap untuk meneruskan risalah kenabian (tugas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).
Semua manusia suka akhlak yang baik. Polisi, hakim dan penjara adalah merupakan usaha untuk menjadikan manusia berakhlak baik, agar manusia menjadi manusia. Namun apa yang terjadi dalam kenyataan, walaupun jabatan-jabatan itu ada dimana-dimana dalam setiap tempat di dunia ini, pada hakekatnya tidak nampak keadilan, kedamaian, dan akhlak yang baik. Akhlak yang baik hanya datang, jika manusia usaha ikut cara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi satu-satunya jalan untuk merubah hati manusia menjadi sempurna hanya dengan usaha dakwah. Usaha dakwah inilah yang mampu merubah sifat-sifat para sahabat, yang awalnya bersifat hewaniah (jahiliyah) menjadi sifat Nubuwah (sifat kenabian yang mulia). Para sahabat adalah manusia biasa, namun dakwah telah menjadi maksud hidup mereka semuanya. Mereka dengan ikhlas korbankan apa yang diberikan Allah untuk mereka, yaitu harta, diri, waktu dan bahkan nyawapun dengan senang hati mereka korbankan. Mereka sampai pada puncak pengorbanan karena mendapatkan arahan langsung dari Rasulullah, menyebabkan mereka mampu mengamalkan agama secara sempurna dan berakhlak mulia. Allah terima korban mereka, memberikan pertolongan dan senang (ridha) kepada mereka. Allahpun memberi gelar tertinggi kepada para sahabat yaitu radhiyallahu ‘anhum ajma’in (Allah ridha kepada para sahabat semuanya).

Tahapan-tahapan dalam Usaha Dakwah
1. Tahap Dasar (10% nisab umur)
a. 2,5 jam setiap hari
b. 3 hari setiap bulan
c. 40 hari setiap tahun
d. 4 bulan seumur hidup
2. Tahap menengah (1/3 nisab umur)
a. 8 jam setiap hari
b. 10 hari setiap bulan
c. 4 bulan setiap tahun
d. 1 tahun seumur hidup
3. Tahap tinggi (seumur hidup)
Harta, waktu dan diri siap untuk dimusyawarahkan.
Fase-fase dalam Usaha Dakwah :
1. Fase Jahiliyah (Sebelum kenal Usaha Dakwah)
2. Fase Hidayah (dikenalkan dengan Usaha Dakwah)
3. Fase Tarbiyah (dididik/digembleng dalam Usaha Dakwah)
4. Fase Nusroh (ditolong Allah berkat Usaha Dakwah dan manusia berbondong-bondong ambil Usaha Dakwah)



USAHA ------------------------ DAKWAH
MEDANNYA ----------------- HATI
HASILNYA ------------------ HIDAYAH

Usaha Dakwah adalah usaha atas hati-hati MANUSIA yang hasilnya berupa hidayah (kebaikan).
Manfaat/keuntungan jika dibuat Usaha Dakwah :
1. Hidayah turun sehingga iman meningkat
2. Amal agama meningkat
3. Hati tenang sejahtera dan hidup tenteram dan mulia
4. Hidup kita sukses dan mendapatkan nikmat surga
5. Harga barang, rumah dan tanah murah
6. Harga wanita murah (biaya perkawinan murah)
7. Orang bersemangat mengamalkan agama
8. Timbul pemimpin yang shalih dan adil, sehingga keadilan akan wujud
9. Keberkahan akan diturunkan dari langit dan bumi.
Kerugian jika tidak dibuat Usaha Dakwah :
1. Tidak ada hidayah sehingga iman lemah
2. Amal agama lemah
3. Hati susah, resah, gelisah dan hidup penuh maksiat dan hina
4. Hidup akan celaka dan mendapatkan siksa neraka
5. Harga barang, rumah dan harga tanah mahal
6. Harga wanita mahal (biaya perkawinan mahal)
7. Semangat orang mengamalkan agama hilang
8. Timbul pemimpin yang zalim
9. Keberkahan akan dicabut oleh Allah subhanahuu wa ta’alaa
Jika seorang meyakini agama membutuhkan harta dan kerajaan dan didakwahkan perkara ini kepada manusia maka orang akan kenal kehebatan harta tetapi tak kenal kehebatan Allah SWT. Seorang Ulama mengatakan bahwa orang yang berjuang untuk agama dan telah mengorbankan harta dan dirinya tetapi masih meyakini bahwa agama akan tegak dengan kekuasaan dan harta maka ia adalah musuh agama. Adanya Pemerintahan bukan asbab agama menjadi baik tetapi adanya agama yang menyebabkan pemerintahan akan berjalan dengan baik. Sedangkan agama akan wujud atau hidup dengan Usaha Dakwah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian Pemerintahan berhajat kepada dakwah, bukan sebaliknya. (H. Sahab)
Maulana Saad mengatakan bahwa untuk meningkatkan iman kita maka ucapan dakwah yang harus diulang ulang tentang :
1. Qudrotullah, kehebatan Allah
2. Pertolongan Allah kepada Nabi Nabi
3. Pertotongan Allah kepada para Sahabat
4. Ta'rlf lman yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadits, contohnya : Barangsiapa yang hatinya senang akan kebaikannya dan merasa susah atas keburukannya maka ia adalah orang yang beriman.
Dengan kerja atau usaha dakwah maka ummat Islam akan bersatu di seluruh dunia tanpa dibatasi oleh negara, suku, status sosial, warna kulit dan sebagainya. Orang kaya, miskin, pemerintah, rakyat, ulama, orang awam, laki-laki dan wanita, tua dan muda semua merasa sebagai ummat Rasulullah bersama-sama meneruskan fikir dan kerja beliau.



Dengan Usaha Dakwah, Ummat mendapat Tarbiyah Peningkatan Iman


Dengan usaha dakwah, tarbiyah bagi umat yang akan dicapai adalah sifat-sifat sebagai berikut:

1. Iman/yakin seperti iman/yakin Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Iman Rasulullah adalah iman yang sempurna, yaitu iman yang tidak terpengaruh oleh suasana dan keadaan. Kapan saja, dimana saja amalkan perintah Allah. Seluruh isi Al-Qur’an mampu direalisasikan dalam kehi-dupan sehari-hari. Beliau disebut sebagai “Al-Qur’an berjalan”. Allah menjadikan beliau sebagai “uswatun hasanah” (contoh teladan) bagi seluruh manusia. Kesempurnaan iman Rasulullah tidak datang begitu saja, tetapi dimulai dari usaha dakwah sebagai tertib awal sebagai seorang utusan Allah, istiqomah dalam usaha dakwah, berkorban harta, diri dan waktu demi usaha dakwah serta berdakwah sampai mati.

Dalam melaksanakan dakwah inilah Rasulullah mendapat tarbiyah (pendidikan iman) dari Allah. Yang menolak dakwahnya, maka beliau dihina,diejek, dikatakan sebagai orang gila, tukang syair dan tukang sihir. Beliau diludahi, dilempari debu, batu dan bangkai, diancam bahkan mau dibunuh. Allah memberikan tarbiyah agar beliau sabar dan Allah meng-hibur dengan diceritakannya kisah orang-orang terdahulu tentang kesa-baran dan ketabahannya. Jadilah beliau orang yang paling sabar dari seluruh manusia. Sedangkan orang yang merima dakwahnya, beliau dicintai lebih dari mencintai dirinya sendiri. Demikian juga, Allah dalam firmanNya sering menyebut tentang sifatNya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Terbentuklan kasih sayang Rasulullah kepada keluarganya, pengikutnya dari para sahabat, dan kepada orang yang masih kafir. Terhadap mereka yang menentang (mau membunuh) sekalipun beliau tidak dendam, beliau tetap mendo’akan keselamatan mereka dari adzab Allah dan agar semuanya diberi petunjuk oleh Allah.

Mengenai harta benda, Rasulullah diperintah berkali-kali dalam firman Nya agar menginfakkan hartanya untuk kepentingan agama Allah, walaupun dalam keadaan kekurangan. Dalam berdakwah mengajak kepada Allah tidak meminta upah (balasan). Dan inilah sifat dari orang yang mendapat petunjuk dari Allah (QS. Yasin : 21). Keyakinan kepada harta benda tidak masuk kedalam hati Rasulullah, sehingga Rasulullah lebih mendahulukan agama Allah dari apapun termasuk keperluan diri sendiri. Allah hendak menguji Rasulullah akan menjadikan gunung jadi emas dan raja bagi manusia sedangkan derajad kenabian tetap diberikan kepada beliau, namun beliau meminta kepada Allah agar dijadikan seorang nabi dan rasul yang betul-betul menghamba kepada Allah, sabar dalam kemiskinan dan bersyukur dalam karunia Allah.
Duabelas tahun dalam tarbiyah dengan kesabaran dan ketabahan menghadapi ummat di Mekkah, maka terbentuklah iman Rasulullah semakin kuat dan mantab. Dengan kesiapan iman yang sudah sangat tinggi beliau diIsra’ Mi’rajkan oleh Allah. Dalam peristiwa tersebut beliau melaksanakan shalat bersama seluruh para nabi dan rasul serta malaikat, dimana beliau menjadi imamnya. Jadilah beliau digelari sebagai “imamul ambiyaa- i wal mursaliin wal malaa-ikatul muqarrabiin” (imamnya seluruh nabi dan rasul dan malaikat). Kemudian Allah memberikan hadiah utama secara langsung tanpa perantara, berupa shalat lima waktu. Shalat merupakan sarana komunikasi secara langsung antara seorang hamba dengan yang menciptakan dirinya yaitu Allah subhaanahuu wa ta’aalaa, sebagai bentuk kepatuhan sempurna dan kepasrahan total kepadaNya. Dengan shalat, Allah telah memberikan jalan untuk menyelesaikan masalah ummat, baik urusan dunia ataupun akhirat. Seperti kita ketahui, bahwa dakwah dan do’a (shalat) merupakan amalan setiap nabi dan rasulmenerima dakwahnya, beliau dicintai lebih dari mencintai dirinya sendiri. Demikian juga, Allah dalam untuk mendatangkan pertolongan Allah. Demikian pula dengan ummat akhir zaman, setelah wafatnya Rasulullah, maka Allah tidak mengutus nabi dan rasul lagi ke muka bumi, tetapi ummatnya yang diberi tugas meneruskan kerja nabi dan rasul. Jika ummat ini menjadikan dakwah menjadi maksud hidup, maka pertolongan Allah akan diberikan kepada ummat ini sama seperti yang diberikan pada nabi dan rasul.
• Dengan usaha dakwah kita belajar menyempurnakan iman. Caranya di Masjid atau Mushalla banyak mudzakarah iman/yakin kepada Allah. Semakin banyak bicara kebesaran Allah, iman akan semakin me-ningkat pada diri kita. Setiap hari luangkan waktu bersilaturrahim kepada jama’ah masjid/mushalla atau bertemu siapa saja, bicara kebesaran Allah dan pentingnya taat kepada Allah. Dalam usaha inipun akan mengalami ujian-ujian yang sama sebagai mana yang terjadi pada Rasulullah dan sahabat. Semakin besar pengorbanan kita dengan harta dan diri untuk kepentingan agama Allah, maka Allah akan berikan tarbiyah iman yang akan menaikkan iman kita.

2. Fikir/risau seperti fikir/risau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Fikir Rasulullah adalah fikir (keselamatan) ummat. Rasulullah selalu merisaukan bagaimana ummat semuanya menjadi da’i; ummatnya mengamalkan agama dengan sempurna; dan ummatnya masuk syurga, terbebas dari adzab neraka. Tanda kasih sayang Rasulullah pada ummat adalah hari-hari Rasulullah selalu mendatangi ummat. Jika telapak kaki Rasulullah diberi tanda merah, maka tempat-tempat di Mekkah dan Madinah semua berwarna merah karena pernah dilewati atau didatangi oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka jumpa ummat.
Rasulullah diutus oleh Allah kepada semua manusia sampai hari kiamat. Rasulullah paham bahwa diri beliau tidak akan hidup sampai hari kiamat dan tidak bisa mendatangi semua manusia di ujung-ujung dunia, maka beliau mencetak semua sahabatnya untuk memiliki fikir dan risau beliau. Keberhasilan usaha dakwah Rasulullah ini menjadikan seluruh para sahabat semuanya 100 % adalah da’i; para sahabat mampu mengamalkan agama secara sempurna; dan para sahabat telah dijamin masuk syurga. Dengan usaha dakwah selama 10 tahun di Madinah, Rasulullah telah membentuk 125 kali rombongan sahabat untuk mendakwahkan agama (iman dan amal) ditempat yang dekat atau jauh. Melalui para sahabat, agama tersebar ke seluruh alam sehingga sampai pada kita saat ini. Inilah maksud bahwa Rasulullah diutus sebagai rahmatallil ’aalamiin, yaitu menjadikan orang lain bukan hanya ahli ibadah, tetapi ahli dakwah. Dengan usaha dakwah iman meningkat; meningkatnya iman ditandai dengan mudahnya melaksanakan amal ibadah mengikuti contoh Rasul-lullah; tanda ibadah betul hubungan dengan orang lain dalam muamalah dan mu’asyarah baik; dan pucaknya akhlaknya menjadi baik. Tanda akhlak baik mempunyai sifat kasih sayang, sabar, syukur, tawadhu’ sebagaimana sifat-sifat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Cara mudah untuk mengenalinya dapat dilihat pada raut mukanya yang sumringah (suka senyum) dan mudah bergaul.
• Dengan usaha dakwah kita belajar fikir/risau Rasulullah shallal-laahu ‘alaihi wa sallam. Caranya setiap hari kita luangkan waktu bersilaturrahim atau bertemu siapa saja dan sampaikan bahwa kita dilahirkan sebagai ummat Rasulullah untuk meneruskan fikir dan risau beliau, yaitu memikirkan (keselamatan) ummat. Tanda kasih sayang kita sebagai ummat adalah kita datangi ummat dan beri fikir bahwa kebaha-giaan manusia hanya didalam agama yang sempurna sejauh mana yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Fikir bahwa kita semua punya tanggung jawab untuk meneruskan kerja Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Fikir bagaimana diri kita dan seluruh ummat bisa masuk ke dalam syurga dan terbebas dari adzab neraka. Kalau kita istiqamah seperti ini sampai mati, maka fikir/risau kita sama seperti fikir/risau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

3. Maksud/tujuan hidup seperti maksud/tujuan hidup Rasulullah shalllal-laahu ‘alaihi wa sallam

Maksud/tujuan hidup Rasulullah adalah mendakwahkan agama sampai mati. Kesenangan hidupnya ditinggalkan dalam rangka dakwah. Semua potensi yang diberikan Allah, baik diri, waktu dan hartanya dikorbankan untuk dakwah. Keluarganya rela menanggung kesusahan dan penderitaan agar terus manapun tidak menghalangi untuk tetap berdakwah. Bahkan nyawapun rela dikorbankan demi tegaknya dakwah.
Rasulullah rela tinggalkan Mekkah al Mukarramah, kampung kelahiran yang dicintainya karena usaha dakwahnya akan dipadamkan dan dimatikan. Beliau hijrah menuju Madinah al Munawwarah dimana orang-orang Anshar siap menolong dan membela sampai darah yang peng-habisan. Terciptalah suatu jalinan yang baik, dari dua tempat yang berbeda dengan latar belakang berlainan, bersatu padu sebagai saudara di jalan Allah. Satu golongan yang hijrah disebut Muhajir, meninggalkan keluarga, pekerjaan, harta benda, rumah yang dicintai dan kesenangan hidupnya, hanya dengan satu niat untuk jadi asbab tersebarnya hidayah Allah ke seluruh alam. Sementara satu golongan yang lain siap menolong dan membela orang yang hijrah dengan segala potensi yang ada, baik harta, diri dan waktu disebut Anshar. Kerjasama yang baik antara Muhajir dan Anshar mendatangkan pertolongan Allah, yaitu ummat bersatu dengan kasih sayang; ummat tidak mudah dipecah belah; dakwah makin kuat dan hidayah cepat tersebar. Efek kerjasama dalam usaha dakwah ini sebagaimana firman Allah “…Aku bersama kamu” artinya “..kalau kamu berperang, Aku akan menangkan kamu”. Sudah berapa banyak kemenangan diperoleh sahabat, termasuk dua adinegara pada waktu itu yaitu Kerajaan Romawi dan Parsi bertekuk lutut di bawah kaki para sahabat.
Suatu rahasia yang harus dicamkan sampai hari kiamat, bahwa usaha dakwah akan berkembang dengan pesat - hanya dan hanya – ada dua golongan yaitu Muhajir dan Anshar terjalin kerja sama yang baik. Kehebatan usaha dakwah yang demikian karena ketetapan berdasarkan perintah Allah dan dilakukan Rasulullah.

Rasulullah menjadikan semua sahabat yang mengikutinya menjadi da’i dan menjadikan dakwah maksud hidupnya. Pada waktu Haji Wada’ Rasulullah mengumpulkan 124.000 sahabat (laki, perempuan dan anak-anak). Rasulullah memberikan nasehat tanpa pengeras suara, namun dapat didengar oleh seluruh sahabat yaitu agar semua sahabatnya menyampaikan agama kepada yang tidak hadir yaitu semua orang di muka berlangsungnya usaha dakwah. Rintangan yang berat bagaimanapun tidak menghalangi untuk tetap berdakwah. Bahkan nyawapun rela dikorbankan demi tegaknya dakwah.

Rasulullah rela tinggalkan Mekkah al Mukarramah, kampung kelahiran yang dicintainya karena usaha dakwahnya akan dipadamkan dan dimatikan. Beliau hijrah menuju Madinah al Munawwarah dimana orang-orang Anshar siap menolong dan membela sampai darah yang peng-habisan. Terciptalah suatu jalinan yang baik, dari dua tempat yang berbeda dengan latar belakang berlainan, bersatu padu sebagai saudara di jalan Allah. Satu golongan yang hijrah disebut Muhajir, meninggalkan keluarga, pekerjaan, harta benda, rumah yang dicintai dan kesenangan hidupnya, hanya dengan satu niat untuk jadi asbab tersebarnya hidayah Allah ke seluruh alam. Sementara satu golongan yang lain siap menolong dan membela orang yang hijrah dengan segala potensi yang ada, baik harta, diri dan waktu disebut Anshar. Kerjasama yang baik antara Muhajir dan Anshar mendatangkan pertolongan Allah, yaitu ummat bersatu dengan kasih sayang; ummat tidak mudah dipecah belah; dakwah makin kuat dan hidayah cepat tersebar. Efek kerjasama dalam usaha dakwah ini sebagaimana firman Allah “…Aku bersama kamu” artinya “..kalau kamu berperang, Aku akan menangkan kamu”. Sudah berapa banyak kemenangan diperoleh sahabat, termasuk dua adinegara pada waktu itu yaitu Kerajaan Romawi dan Parsi bertekuk lutut di bawah kaki para sahabat.
Suatu rahasia yang harus dicamkan sampai hari kiamat, bahwa usaha dakwah akan berkembang dengan pesat - hanya dan hanya – ada dua golongan yaitu Muhajir dan Anshar terjalin kerja sama yang baik. Kehebatan usaha dakwah yang demikian karena ketetapan berdasarkan perintah Allah dan dilakukan Rasulullah.
Rasulullah menjadikan semua sahabat yang mengikutinya menjadi da’i dan menjadikan dakwah maksud hidupnya. Pada waktu Haji Wada’ Rasulullah mengumpulkan 124.000 sahabat (laki, perempuan dan anak-anak). Rasulullah memberikan nasehat tanpa pengeras suara, namun dapat didengar oleh seluruh sahabat yaitu agar semua sahabatnya menyampaikan agama kepada yang tidak hadir yaitu semua orang di mukabumi dan diteruskan kepada generasi berikutnya. Diriwayatkan 114.000 sahabat telah meninggal di luar Mekah-Madinah dalam usaha dakwah. Hal ini membuktikan bagaimana Rasulullah berhasil mencetak semua sahabat menjadikan dakwah sebagai maksud hidup. Keberhasilan Rasulullah ini menjadikan beliau mendapatkan kehormatan, kemuliaan dan sanjungan dari Allah subhaanahuu wa ta’alaa yaitu sebagai penghulu atau pemimpin manusia di dunia dan akhirat.
• Dengan usaha dakwah kita belajar bagaimana dakwah yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan menjadikan dakwah sebagai maksud hidup kita. Caranya setiap hari kita luangkan waktu bersilaturrahim atau bertemu siapa saja dan sampaikan bahwa kita dilahirkan sebagai ummat Rasulullah untuk meneruskan kerja beliau menyampaikan agama (iman dan amal shaleh). Dengan cara demikian agama akan sampai kepada semua orang di seluruh dunia dan secara berkesinambungan akan sampai pada generasi berikutnya sampai hari kiamat. Jadikan kerja dakwah sabagai kerja yang paling utama (tiap hari buat dakwah). Kita juga kerja dunia sebagai keperluan hidup (bukan maksud hidup) untuk menunjang/memperkuat kerja dakwah. Apabila kita buat Usaha Dakwah dengan istiqamah, maka kila akan ikut andil/berjasa dalam menghidupkan agama di seluruh alam dan pahala dakwah kita akan terus mengalir sampai kiamat.

Para masyaikh mengatakan kalau kita tidak berdakwah, maka kita akan didakwahi. Kalau kita tidak berdakwah (mengajak atau berbicara) kebesaran Allah, maka kita akan diajak kepada kebesaran makhluk atau berbicara selain kebesaran Allah. Kalau kita tidak mengajak atau menghidupkan sunnah nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kita akan diajak atau menghidupkan selain sunnah, yakni cara yahudi dan nasrani, cara binatang ataupun cara syetan. Kalau kita tidak mengajak atau tidak ingat kehidupan akhirat, maka kita akan diajak untuk selalu memikirkan kehidupan dunia, seolah-olah kita akan hidup selamanya di dunia, lupa pada kematian dan tidak mempersiapkan pada kehidupan sesudah mati. Karena itu usaha dakwah yang dilakukan dengan cara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan merubah keyakinan pada makhluk menjadi yakin pada Allah; merubah keyakinan pada dunia menjadi yakin pada akhirat; dan merubah keyakainan pada maal (harta benda dan atau pangkat) menjadi yakin pada amal agama. Setiap permasalahan bagi orang uasaha dakwah dikembalikan kepada Allah, sehingga usaha menyelesaikannya dengan cara yang disukai oleh Allah yaitu dengan amal agama dan mendakwahkan agama, berdo’a dan kemudian bertawakkal (menyerahkan harapan) kepada Allah.

4. Mizas/kecintaan seperti mizas/kecintaan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah dalam buat usaha dakwah tidak mempunyai maksud dan tujuan lain dan juga tidak ada pikir mencari keduniaan. Beliau hanya berpikir bagaimana seluruh umat manusia selamat dari huru-hara di dunia dan di akhirat. Seluruh harta, keluarga, bahkan nyawa beliau korbankan, asal maksud dan tujuan tercapai. Mizas inilah yang ada dalam diri Rasulullah dan para sahabat radhiyallaahu ‘anhum ‘ajmaa-iin, dan mizas ini pula yang telah hilang dari umat sekarang ini. Istri beliau Siti Khadijah radhiyallaahu ‘anhaa sebelumnya merupakan orang yang sangat kaya, akhirnya semua kekayaannya habis dalam rangka usaha dakwah. Keluarga beliau rela mengalami susah payah demi menanggung hinaan dan cercaan dari orang-orang yang menolak dakwah. Bahkan beliau beberapa kali mengalami percobaan pembunuhan agar usaha dakwah berhenti total. Puncaknya ketika rumah beliau dikepung oleh orang kafir Quraisy untuk membunuh beliau, maka beliau diperintahkan oleh Allah untuk berhijrah ke Madinah, meninggalkan kampung halaman yang paling dicintainya, meninggalkan keluarga yang paling dikasihinya, meninggalkan segalanya demi tegaknya usaha dakwah dan hidayah bisa berkembang bagi seluruh manusia.
Tiap hari minimal 2 ½ jam jumpa ummat, setiap bulan luangkan waktu 3 hari, tiap tahun 40 hari, dan seumur hidup minimal 4 bulan belajar usaha dakwah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.